SEMESTER 1
TUGAS TUTON UNIVERSITAS TERBUKA
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (MKDK 4002)
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (MKDK 4002)
PERTANYAAN
:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan individu?
2. Apa
akibatnya apabila minat anak ke sekolah menjadi berkurang? Jelaskan!
3. Anda sebagai seorang guru, harus memahami
tingkat perkembangan dan pertumbuhan dari siswa Anda. Mengapa?
JAWABAN :
1. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan individu ini, para ahli berbeda pendapat karena
sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi individu tidak sama. Aliran-aliran
yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan individu adalah :
a. Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah dokrin filosofis
yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran
ini adalah Arthur Schopenhaueur (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran
filsafat nativisme konon dijuluki
sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam. Karena
para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa, perkembangan manusia itu
ditentukan oleh pembawaannya;
sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh. Adapun hasil pendidikan
itu 100% tergantung pada pembawaan anak didik sendiri. Lingkungan termasuk
didalamnya pendidikan, tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Sehingga anak jahat akan menjadi jahat dan anak yang baik
menjadi baik. Aliran nativisme berpendapat bahwa sehubungan dengan perkembangan
anak didik, usaha pendidikan, tidak dapat dipakai untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan oleh pendidik.
b. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran
empirisme dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme
yang amat mashur adalah “tabula rasa”
sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong.
Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya. Sedangkan
bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya, dalam hal ini
para penganut menganggap setiap anak lahir seperti tabularasa dalam keadaan
kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa maksudnya hendak menjadi apa
seorang anak kelak tergantung pada pengalaman/ lingkungan yang mendidiknya. Menurut aliran tabula rasa, perkembangan anak 100% bergantung pada
pengaruh luar yang disebut dengan lingkungan.
c. Aliran Naturalisme
Aliran yang hampir bersamaan dengan aliran
nativisme ialah aliran yang berdasarkan
konsepsi yang dikemukakan oleh JJ. Rousseau seorang filsuf bangsa
perancis, 1712-1778 dengan aliran
naturalisme-nya.
Menurut pendapat Rousseau dalam bukunya
Emile bahwa “Semua anak adalah baik pada
waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia.”
Pendidikan yang diinginkan Rousseau hendaklah dimulai dengan mempelajari
perkembangan anak. Anak tidak boleh dianggap sebagai manusia dewasa yang kecil
karena anggapan yang demikian mengabaikan tahap-tahap perkembangan yang berbeda
dimana didalamnya ada daya-daya khusus yang perlu dikembangkan secara alamiah.
d. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan
sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama
konvergensi bernama Louis William
Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Berdasarkan aliran-aliran doktrin filosofis di atas, maka kita dapat berkesimpulan
bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan individu berupa faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor
intern yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri dan pembawaan
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri, yang mencakup
hereditas atau keturunan.
Hereditas atau
keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang, hal ini tergantung pada kualitas hereditas, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Faktor hereditas yang dianggap mempengaruhi
perkembangan anak adalah sebagai berikut.
Ø Faktor
fisik, sebagian merupakan bawaan yang tidak adapat diubah, tetapi sebagian
ditentukan oleh pemeliharaan ketika kehamilan, gizi, olah raga dan kesehatan
umum.
Ø Jenis
kelamin, berpengaruh pada kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap.
Ø Kesehatan,
terutama penyakit turunan.
Ø Kecerdasan,
yang berbeda bagi setiap orang.
Ø Bakat,
yaitu kemampuan khusus yang dimiliki seseorang tanpa tergantung pada latihan.
Orang akan lebih berhasil jika belajar sesuai dengan bakatnya.
Ø Faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut.
1. Keluarga
yang mencakup jumlah anak dalam keluarga, nomor kelahiran, perubahan struktur
keluarga, latar belakang pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi.
2. Sekolah
sebagai pendidikan formal, yang sangat besar pengaruhnya bagi setiap orang
terutama dalam bersikap dan bertindak.
3. Budaya
dan masyarakat yang mempengaruhi berbagai aspek belajar terutama dalam sikap
dan nilai, bahasa, serta reaksi terhadap diri dan disiplin kelas.
4. Media,
termasuk media elektronik dan media cetak.
Lingkungan
keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam
mengembangkan pribadi anak, karena perawatan orang tua yang penuh kasih sayang,
pendidikan nilai-nilai kebudayaan merupakan faktor penentu berkembangnya
kepribadian anak yang sehat.
Fungsi Dasar
Keluarga
Ø Memberikan
rasa aman, kasih sayang, rasa memiliki.
Ø Mengembangkan
hubungan yang baik diantara anggota keluarga.
Ø Memberikan
bimbingan bagi pengembangan prilaku secara sosial.
Ø Membentuk
anak dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Ø Memberikan
bimbingan dalam penyesuaian diri.
Ø Stimulator
bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi.
Ø Pembimbing
dalam mengembangkan aspirasi.
Ø Sumber
persahabatan (teman bermain) anak.
2. Jika anak berminat pada kegiatan akademik maupun
ekstrakurikuler yang berkaintan dengan sekolah maka anak akan senang meluangkan
waktu pada kegiatan-kegiatan di sekolah. Disamping itu, hubungan sosial yang
baik dengan guru maupun teman, menjadikan anak sebagai warga sekolah yang baik
dan berusaha untuk menaati aturan sekolah. Oleh karena sikap yang menyenangkan
ini anak disukai guru maupun temen-temannya.
Dilain pihak anak yang bosan pada sekolah, menilai
kehadiran guru dan teman-teman sekelas, lama kelamaan akan memiliki sikap
negatif terhadap sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa sikap yang
biasa dijumpai berkaitan dengan kurangnya minat anak pada sekolah, yaitu
sebagai berikut :
1. Fobia
sekolah
Fobia sekolah adalah ketakutan yang luar biasa
unyuk berada disekolah. Bentuk ketakutan ini irasional. Anak menghindar dari
sekolah atau menolak pergi ke sekolah dengan alasan bermacam-macam. Misalnya,
menghindari sekolah dengan alasan sakit.
2. Membolos
Membolos artinya tidak masuk sekolah tanpa
sebab-sebab yang jelas dan tanpa izin dari orang tua atau guru di sekolah.
Kegiatan membolos dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya di karenakan
pengaruh dari teman kelompok sebaya atau anak merasa beban di sekolah terlaku
berat karena terlalu banyak tugas.
3. Tingkah
laku yang mengganggu
Jika anak bosan maka ia dapat menjadi anak yang
bermasalah. Tidak jarang di kelas dan di sekolah ia membuat keonaran yang juga
membuat pihak sekolah memanggilnya, bahkan orang tuanya.
4. Underachiever
Anak yang bosan pada sekolah atau tidak berminat
pada sekolah akan berprestasi dibawah atau tidak sesusi dengan tingkat
kemampuan atau potensinya. Hal ini dikenal dengan sebutan underachiever. Anak-anak
semacam ini sebetulnya pandai, tetapi karena ia tidak termotivasi untuk sekolah
maka akan berprestasi yang tidak sesuai dengan potensinya.
Dengan mengetahui berbagai gejala dan masalah yang
timbul sebagai akibat dari kebosanan yang terjadi pada siswa maka dipahami apa
penyebab dari timbulnya masalah. Penyebab timbulnya masalah, dapat dikaitkan
dengan kondisi-kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari itu akan lebih
mudah memberikan penanganan pertama agar masalah yang terjadi pada anak tidak
bertambah buruk. Disini perlu kerja sama yang baik antara pihak orang tua
dengan sekolah.
3.
Dengan memahami tingkat perkembangan dan pertumbuhan dari siswa, maka
seorang guru akan :
- mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta
didik, misalnya akan diketahui pada umur berapa peserta didik mulai
berbicara dan mulai mampu berpikir abstrak atau akan diketahui pula pada umur
berapa peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi
khusus.
- mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta
didik akan membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada
perilaku tertentu dari peserta didik.
- mempunyai pemahaman tentang perkembangan peserta
didik yang akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang
normal.
Seorang Guru harus dapat memegang peranan yang sangat
strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi
siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam
masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan
teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme
guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu
mendapat perhatian (Depdiknas, 2005).
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas
untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian
materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam
belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses
perkembangan siswa.
Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan
peserta didik maka hendaknya sebagai calon guru kita harus mampu beradaptasi
dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru
pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses
belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya
harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran,
pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar
yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga
membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami
kesulitan belajar. Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah
memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang
selaras dengan tujuan sekolah.
Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik
sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru
merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung
jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru
merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan
karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai
materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu kondisi
belajar yang sebaik-baiknya bagi peserta didik, inilah yang tergolong kategori
peran guru sebagai pengajar.
Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan
sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk
mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri secara maksimal terhadap sekolah.
***